Hizbullah Sebut Cinta PBB Terhadap Israel


Tzipi Livni dengan bersahabat menjabat tangan Ban Ki Moon.

Laporan terakhir Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon tentang implementasi Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB tidak terlalu banyak membicarakan bahaya ditemukannya sel mata-mata Israel, ujar menteri luar negeri Lebanon pada hari Rabu lalu. Laporan ke-10 Ban yang dirilis Selasa malam itu mendesak kabinet Lebanon berikutnya untuk memperbarui komitmennya dalam mengimplementasikan Resolusi 1701, resolusi yang mengakhiri perang 34 hari antara Lebanon dan Israel pada Juli-Agustus 2006.

Seperti dalam laporan-laporan sebelumnya, Sekjen Ban mengulangi seruannya pada Lebanon dan Israel untuk mematuhi resolusi. Ia juga mengungkapkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh kedua negara.

Dengan hanya dua halaman dari 17 halaman dalam laporan itu yang mengungkit masalah aktivitas mata-mata Israel, Ban “tidak terlalu menekankan bahaya jaringan mata-mata Israel itu di Lebanon, meskipun pemerintah Lebanon telah memberikan semua informasi terkait pada PBB, termasuk sejumlah bukti dan pengakuan,” bunyi pernyataan dari kementerian.

Setidaknya 30 orang di Lebanon telah ditahan karena dicurigai bekerjasama dengan Israel. Kurang lebih 15 orang, termasuk dua petugas keamanan Lebanon, telah resmi dituntut.

Ban mengatakan bahwa penemuan sel itu dapat menghadirkan ancaman terhadap perdamaian antara kedua tetangga namun “tidak menganggap jaringan tersebut sebagai sebuah ancaman bagi kedaulatan Lebanon atau pelanggaran terhadap resolusi PBB,” keluh menlu Lebanon.

Laporan tersebut juga menyebutkan pentingnya penyerahan data serangan ranjau darat oleh Israel dengan terlalu berlebihan, ujar salah satu pernyataan. Sementara Ban menyebut penyerahan itu sebagai sebuah “perkembangan yang signifikan” sejak laporan terakhirnya pada bulan Maret, informasi itu “datang terlambat dan setelah lusinan warga menjadi korban”. Ditambah lagi, Ban menyebut evaluasi yang diambil oleh militer Lebanon sebagai sesuatu yang “berguna”, meski ada peringatan dari pemerintah Lebanon bahwa “informasi itu mungkin tidak akurat, terutama saat 37 ranjau darat yang ditemukan baru-baru ini tidak disertakan dalam laporan Israel.”

Kementerian menambahkan bahwa ketika Kekuatan Bersenjata Lebanon meminta data spesifik lokasi-lokasi ranjau darat Israel, namun Tel Aviv belum memberikannya hingga sekarang.

Menurut laporan PBB, ranjau darat telah menyebabkan 28 kematian dan 244 korban luka di kalangan warga sipil sejak perang berakhir tahun 2006, dengan tambahan 14 tewas dan 43 terluka saat membersihkan ladang ranjau. Angka itu muncul ketika pekerja pembersih ranjau Lebanon bersama dengan Mines Advisory Group terluka oleh sebuah ledakan ranjau pada hari Rabu. Abbas Ali Chehade, 40, terluka saat sebuah ranjau meledak ketika ia membersihkan ladang ranjau di Yohmor, Lebanon selatan.

Menteri luar negeri Lebanon juga meminta klarifikasi atas ketidakjelasan Ban dalam mengungkapkan penyelundupan senjata di dalam wilayah operasi UNIFIL di selatan sungai Litani. “Sampai saat ini, UNIFIL telah diberikan, bukan menemukan, bukti adanya infrastruktur militer baru atau penyelundupan senjata ke dalam wilayah operasi mereka”, ujar laporan PBB. “Ingat bahwa mustahil untuk membuktikan suatu keberadaan yang negatif dan tidak diijinkan serta penyelundupan senjata ke wilayah yang tidak sepenuhnya terlarang untuk dimasuki,” tambahnya.

Kementerian memuji permintaan Ban agar Israel menghentikan “penerbangan” ilegalnya di atas wilayah Lebanon, dan pernyataannya tentang pendudukan Tel Aviv atas desa Ghajar di Lebanon sebagai sebuah pelanggaran terhadap Resolusi 1701.

Selain menyerukan dihentikannya pertikaian, resolusi ini juga menuntut Israel menarik diri dari Lebanon sepenuhnya, pelucutan senjata semua kelompok bersenjata di Lebanon, dan diterjunkannya lagi pasukan UNIFIL di Lebanon Selatan.

Sementara itu, pada hari Kamis Hizbullah mengkritik laporan sekjen Ban itu dan menyebutnya bersifat “sangat bias” terhadap Israel.

Pernyataan mereka: “Laporan terbaru Sekjen PBB Ban Ki-Moon sangat bias terhadap Israel dan memperlihatkan ketidakadilan sikap dari sekutu utama Israel yaitu AS.”

Pernyataan itu merujuk pada apa yang dikatakan Asisten Deputi Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, Jeffrey Feltman, kepada koran Kuwait Al Qabas bahwa senjata-senjata Hizbullah terus mengancam Lebanon dan Timur Tengah.

Bukannya mengutuk agresi Lebanon, laporan Ban malah terkesan “Lemah, takut-takut, dan membingungkan,” ujar Hizbullah.

“Akan lebih pantas bagi Ban untuk mengutuk aksi Israel dan menetapkan Tel Aviv sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas segala kejahatan mereka dan menerima konsekuensinya,” imbuh pernyataan itu. “Bukti-bukti yang diserahkan oleh Lebanon ke PBB sudah cukup untuk mengutuk Israel.”

Laporan Ban memang tidak terlalu menunjukkan bahaya sel mata-mata Israel bagi keamanan nasional dan stabilitas Lebanon, meskipun penyelidikan membuktikan bahwa kolaborator Israel telah menyuplai Tel Aviv dengan informasi detail seputar pejabat-pejabat Lebanon dan pembangunan keamanannya.

“Melalui jaringan mata-matanya di Lebanon, Israel tidak hanya bertanggung jawab atas kejahatan dan serangan dalam perang tahun 2006 tapi juga menjadi tersangka utama dalam banyak kejahatan terhadap keamanan internal Lebanon.” Hizbullah menambahkan bahwa kredibilitas PBB berkurang dengan setiap laporan tentang Israel yang dikeluarkannya.

Kaum Syiah menegaskan akan terus melakukan perlawanan bersenjatanya. “Ketidakadilan AS dan biasnya PBB tidak akan menghentikan kami dari upaya melawan bahaya yang mengancam Lebanon,” ujar pernyataan dari kaum Syiah.

Pernyataan Hizbullah keluar sehari setelah menteri luar negeri Lebanon memberikan pernyataan yang serupa mengenai laporan Ban Kimoon.

Bookmark and Share











Source : suaramedia.com





Click here to get your free mobile phone or apple ipod
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
eXTReMe Tracker