Hamas Bukan Teroris, AS Keliru Besar


Carter ketika mengunjungi International School in Gaza yang telah diporak-porandakan oleh serangan bom Israel

Hamas akan siap untuk bekerja sama dengan Pemerintah AS, seorang penasihat senior Perdana Menteri Gaza, Ismail Haniyeh, berkata kepada Haaretz ketika Haniyeh mengadakan konferensi bersama dengan mantan Presiden AS Jimmy Carter kemarin.

"Kami sudah siap untuk melakukan apapun yang akan menghasilkan stabilitas dan pembentukan negara Palestina. Kami bekerja secara positif dengan Pemerintahan Amerika. Pemerintah yang ini lebih serius dari para pendahulunya, lebih realistis, dan lebih peka terhadap rasa sakit Palestina," penasihat Ahmed Yussef, berkata.

Berbicara dalam konferensi pers dengan Carter, Haniyeh mengatakan ia akan mendukung setiap rencana untuk mendirikan sebuah negara Palestina yang berdaulat sesuai dengan perbatasan 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kota yang berdaulat. Haniyeh menegaskan bahwa pemerintah bekerja untuk mempertahankan gencatan senjata dan menjaga akses penyeberangan perbatasan terus terbuka.


Yussef menekankan bahwa tidak ada sesuatu yang baru mengenai sikap Hamas untuk menyetujui sebuah negara di bawah persyaratan seperti itu. Namun, ketika ditanya apakah Hamas sekarang mendukung solusi dua negara, dia menjawab, "Kami tidak mengatakan itu."

Dia menjelaskan bahwa "tidak ada alasan untuk tidak mendirikan negara Palestina di batas 1967, tetapi tidak berarti bahwa kami akan memberikan hak kami atas area yang direbut pada tahun 1948, seperti hak pengungsi untuk kembali ke rumah mereka . "

Mantan presiden Carter, yang berbicara kepada Fox News, meminta Pemerintah AS untuk mengeluarkan Hamas dari daftar organisasi yang dianggap AS sebagai “teroris”. Dia juga mengatakan kepada wartawan bahwa Israel harus menghentikan memperlakukan Palestina seperti hewan, dan menyerukan kepada Israel untuk mengakhiri pengepungan di Jalur Gaza.

Sebelum konferensi pers, Carter diberikan tur daerah yang dirusak oleh bom Israel selama Operasi Cast Lead. Katanya dia merasakan bahwa ASlah yang bertanggung jawab atas beberapa kerusakan, karena sebagian dari senjata yang digunakan dibuat di AS. Dia juga meminta untuk untuk mengakhiri serangan roket Qassam di Israel, dan Hamas untuk mengakui Israel dan kesepakatan sebelumnya.

Pada hari yang sama Carter bertemu dengan Noam Shalit, ayah dari tentara yang ditangkap, Gilad Shalit. Carter berkata pada Shalit Senior. bahwa ia merasa bahwa Gilad masih "hidup dan dalam kondisi kesehatan yang baik," meskipun ia tidak melihat tentara tersebut. Katanya dia menyampaikan surat yang ditulis oleh keluarga Shalit kepada pemimpin Hamas. Haniyeh kepada wartawan pada konferensi pers bahwa Hamas menyambut setiap negosiasi yang akan membahas masalah Shalit."

Noam Shalit mengatakan setelah pertemuan tersebut bahwa ia tidak mendengar "ada yang baru" tentang anaknya. Ibu Gilad, Aviva Shalit, mengatakan ia berharap surat untuk anaknya akan tersampaikan dan keluarganya akan menerima tanda-tanda kembalinya Shalit.

Mantan Presiden AS berusia 84 tahun tersebut bertemu dengan pemimpin Hamas di Gaza selama tiga hari kemarin. Carter menghabiskan hari di Gaza untuk melihat sendiri penghancuran yang dilakukan Israel dalam perang di bulan Januari sebelum berbicara dengan Ismail Haniyeh, mantan perdana menteri Palestina, Hamas dan pejabat lainnya.

Sebelum pertemuan tersebut ia berbicara mengenai dua tahun blokade ekonomi Gaza dan perang, yang telah membawa "kematian, kehancuran, rasa sakit dan penderitaan kepada orang-orang di sini".

Di bawah pengepungan, ekspor dan impor yang dilarang masuk ke Gaza dibatasi untuk beberapa barang kemanusiaan, beton, logam, kaca dan bahan konstruksi lainnya dilarang.

"Tragisnya, sebagian besar masyarakat internasional mengabaikan permintaan bantuan, sementara warga Gaza diperlakukan seperti binatang dan bukannya manusia," Ujar Carter kepada para guru dan orang tua di sebuah upacara penghargaan bagi murid pengungsi sekolah PBB.

Carter mengatakan ia telah meminta penjelasan dari pejabat Israel mengapa blokade tersebut dilakukan serta barang-barang seperti krayon dan kertas dilarang di Gaza. "Saya memohon penjelasan tentang kebijakan ini di Israel, tetapi tidak menerima jawaban yang memuaskan, karena memang tidak ada," katanya.

"Tanggungjawab untuk kejahatan HAM terletak pada Yerusalem, Kairo, Washington, dan seluruh masyarakat internasional. Penyalahgunaan ini harus dihentikan, kejahatan harus diinvestigasi, tembok harus dihancurkan dan hak kebebasan harus kembali kepada Anda," katanya.

Meskipun Carter, yang pertama kali mengunjungi Gaza 36 tahun yang lalu, menekankan kunjungannya di Gaza adalah sebagai warga negara sipil, namun dia akan bertemu dengan para pejabat AS untuk membahas kunjungannya ke daerah tersebut dan akan menyerahkan laporan kepada Presiden Barack Obama.

Kunjungan Carter di Gaza sempat diwarnai oleh rumor-rumor dari warga Palestina yang mengklaim adanya upaya pembunuhan Carter. Menurut sumber, seorang anak laki-laki melihat ada orang yang menempatkan ranjau di pinggir jalan di rute yang akan dilewati konvoi Carter. Dia kemudian memanggil polisi Hamas, yang kemudian menjinakan bom tersebut.

Namun seorang juru bicara dari departemen dalam negeri, menyangkal adanya upaya pembunuhan. Dia mengatakan pasukan keamanan telah memeriksa di daerah ini, seperti yang telah dilakukan sebelumnya pada acara-acara serupa, sebelum konvoi Carter.

Setelah meninggalkan Gaza, Carter berkata dia tidak percaya akan laporan mengenai plot pembunuhan terhadap dirinya ketika ada di Gaza. Anggota staf Carter kepada Haaretz mengatakan mereka telah diberitahu "hal yang serupa" karena informasi tersebut dipublikasikan di media, tetapi tidak dapat mengkonfirmasi klaim tersebut. Juru bicara Carter mengatakan kepada Channel 2 Action News "Kunjungan kami ke Gaza sama sekali tidak ada gangguan."
Carter dikatakan kembali dengan aman dalam perjalannya ke AS.

Bookmark and Share


Source : suaramedia.com





Click here to get your free mobile phone or apple ipod
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
eXTReMe Tracker